Jangan Sepelekan Infaq!


Bagaimana infaq hanya setara biji kurma kemudian “dirawat” Allah hingga membesar seperti gunung?
Membandingkan besar dan parahnya luka umat Islam akibat kezaliman musuh-musuhnya, dengan kemampuan umat ini menghimpun segala upaya untuk mengobati luka tersebut, sejenak mungkin akan membuat kita pesimistis. Bagaimana, misalnya, ketika seluruh bangsa-bangsa besar di dunia ini bersatu padu menimpakan kezaliman kepada saudara kita kaum Muslimin di Suriah. Baik yang turut berperan aktif dalam membantu rezim Bashar Asad membantai rakyatnya, maupun yang cuek terhadap korban kebiadaban rezim. Kemudian kita coba bandingkan dengan rupiah demi rupiah yang dikumpulkan kaum Muslimin Indonesia untuk sedikit membantu mengobati luka tersebut. 
Sekali lagi, sekilas, tampak tidak sebanding. Namun kita hanya berusaha menjalankan perintah Allah SWT untuk berinfaq fi sabilillah, sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita sedang men­coba untuk mem­bantu diri kita sen­diri. Mem­bantu mem­bebaskan diri kita dari kerusakan yang sedemikian banyak yang diakibatkan oleh sifat bakhil, dan men­coba mem­bantu meng­obati luka kaum Mus­limin, dimulai de­ngan cara ber­in­fak di jalan Allah SWT.
Yang dinilai bukanlah jum­lah­nya, tetapi semangat untuk turut andil meng­obati luka kaum Mus­limin itulah yang ter­pen­ting. Apalagi, kalau kita meresapi hadits shahih dari Rasulullah SAW yang ber­sabda:
مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فُلُوَّهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ
“Barang­siapa yang ber­sedekah senilai biji kurma, dari hal yang baik—dan Allah tidak akan menerima kecuali dari yang baik, maka Allah SWT akan meng­am­bil­nya de­ngan ta­ngan kanan-Nya, dan merawat sedekah itu tadi se­ba­gaimana seseorang dari kalian merawat anak kudanya. Sehingga jadilah (sedekah senilai biji kurma itu) sebesar gunung.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Zakat, Bab As-Shadaqah min Kas­bin Thayyib hadits no. 1344).
Yang dimak­sud de­ngan sedekah dari hal yang baik adalah yang diberikan de­ngan ikh­las, dari harta yang halal.
Sung­guh tidak ada per­um­pamaan yang sehebat itu. Siapa yang ber­sedekah hanya senilai kurma, dari harta yang baik (ikh­las dan halal), maka Allah akan meng­am­bil sedekah itu de­ngan ta­ngan kanan-Nya dan merawat sam­pai sedekah itu men­jadi sebesar gunung.
Kalau ada orang datang menawari kita in­ves­tasi de­ngan keun­tungan 3% per bulan saja, atau menawarkan kredit ken­daraan de­ngan bunga 0%, kita sudah merasa ber­un­tung dan ber­bon­dong-bon­dong menyam­but­nya. Padahal itu semua tidak ada ar­tinya diban­ding de­ngan sebiji kurma yang dipelihara sehingga besar­nya ber­lipat ganda sam­pai seperti gunung. Ber­apa prosen? Tidak ada yang bisa melakukan itu kecuali Allah SWT.
Ini adalah janji Rasulullah, yang As-Shadiq Al-Mashduq. Seluruh janji dan per­kataan­nya pasti benar.
Di hadits yang lain, Rasulullah ber­sabda: “Satu dir­ham (pahalanya) melebihi seratus ribu dir­ham.” Para sahabat ber­tanya, ba­gaimana seperti itu? Beliau men­jawab, “Ada seorang laki-laki yang memiliki 2 dir­ham, lalu menyedekahkan 1 dir­ham milik­nya itu. Semen­tara ada lelaki lain yang kaya-raya. Ia meng­am­bil dari har­tanya ter­sebut seratus ribu dir­ham (untuk disedekahkan).” (HR. Al-Hakim).
Oranng yang menyedekahkan seratus ribu dir­ham tadi melihat orang tadi menyedekahkan 1 dir­ham, ter­gerak hatinya. Kemudian ia meng­am­bil dari harta ben­danya yang ber­lim­pah itu sejum­lah 100,000 dir­ham dan ber­sedekah dengan­nya. Tetapi kalah nilainya de­ngan yang ber­sedekah 1 dir­ham.  Meng­apa?
Karena ketika diserukan (tahridh) untuk ber­sedekah di jalan Allah, orang yang hanya punya 2 dir­ham tadi tidak ragu-ragu. Ia menyedekahkan separo dari seluruh har­ganya. Sedangkan orang yang kaya raya tadi, memang menyedekahkan 100.000 dir­ham, tetapi itu hanya sebagian kecil dari har­tanya.
Jadi, walaupun hanya 1 biji kurma, kalau itu dilan­dasi niat ikh­las dan diperoleh dari cara yang halal, maka Allah akan meng­am­bil de­ngan ta­ngan kanan-Nya dan Ia akan men­jadikan kita ter­heran-heran. Meng­apa? Infak senilai 1 biji kurma tadi men­jadi ber­lipat-lipat sam­pai sebesar gunung.
Kesim­pulan­nya:
  1. Ada tin­dakan kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka bila kaum Mus­limin ini ber­pegang teguh kepada akidah yang benar. Orang-orang yang melakukan kezaliman itu ber­upaya men­cabut akidah yang benar dari kaum Mus­limin.
  2. Kaum Mus­limin yang dizalimi itu men­coba untuk mem­per­tahankan akidah mereka. Lalu kita yang yang ada di sini, yang tidak secara lang­sung ter­kena luka, maka kita ber­kewajiban untuk mem­bantu mereka.
  3. Jika kita tidak mau mem­bantu, maka Allah akan meng­gan­tikan kita de­ngan kaum yang mem­bantu mereka.
  4. Karena sesung­guh­nya harta adalah harta dari Allah… Sedangkan dienul Islam ini milik Allah. Allah men­cari hamba-hamba-Nya yang bisa men­jadi saluran untuk menyalurkan per­tolongan Allah kepada Dienul Islam. 
  5. Kalau kita tidak mau men­jadi saluran, maka kita akan diganti oleh Allah de­ngan kaum lain yang ber­sedia men­jadi saluran ter­sebut.
(kiblat.​net)
Tag : Fikrah Islam
0 Komentar untuk "Jangan Sepelekan Infaq!"

Postingan Populer

Back To Top